Puisi Menyesal di Ujung Senja

Alby Writes

Puisi Menyesal

Menyesal di Ujung Senja

Dulu, aku terlalu sibuk mengejar cahaya,
hingga lupa betapa hangatnya genggaman tanganmu.
Kupikir waktu adalah teman yang setia,
ternyata ia hanya singgah, lalu berlalu.

Ada kata-kata yang seharusnya kuucapkan,
tapi kubiarkan terjebak di tenggorokan.
Ada langkah yang seharusnya kutempuh,
namun aku memilih diam, ragu, dan angkuh.

Kini, senja datang dengan warna temaram,
mengingatkanku pada kenangan yang kusam.
Aku ingin kembali, walau hanya sekejap,
memutar waktu, menghapus jejak silap.

Tapi hidup tak seperti kertas lusuh,
yang bisa dihapus dengan sekali usap.
Menyesal hanyalah debu di angin,
membekas, berputar, lalu menghilang.

Puisi Menyesal

Andai waktu bisa kuputar kembali,
Takkan kubiarkan kau pergi sendiri.
Aku terlalu buta, terlalu angkuh,
Membiarkan luka tumbuh berlabuh.

Kupikir esok selalu ada,
Ternyata waktu tak sudi bersenda.
Kata yang tertahan, rindu yang kusimpan,
Kini hanya gema di lorong kenangan.

Dulu tawamu sehangat mentari,
Kini tinggal bayang dalam sunyi.
Langkahmu menjauh tanpa berpaling,
Meninggalkanku dalam penyesalan hening.

Maaf yang kusampaikan kini terlambat,
Seperti hujan yang datang saat daun telah luruh.
Namun dalam hati, selamanya terukir,
Namamu tetap menjadi puisi yang tak pernah usai.

Bagikan:

Baca Juga