Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa Allah SWT menurunkan teguran kepada Rasulullah SAW, Nabi yang paling mulia? Kisah di balik turunnya Surat Abasa seringkali memicu rasa penasaran dan mungkin sedikit kebingungan.
Sebagai seorang mentor yang berdedikasi untuk membantu Anda memahami kedalaman ajaran Islam, saya hadir untuk mengupas tuntas hikmah di balik peristiwa penting ini.
Artikel ini bukan sekadar cerita sejarah, melainkan panduan praktis untuk menggali pelajaran berharga yang bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Bersiaplah untuk mendapatkan pencerahan yang akan mengubah cara pandang Anda.
Kisah di Balik Turunnya Surat Abasa adalah salah satu teguran paling terkenal dalam Al-Qur’an, yang sejatinya adalah bentuk kasih sayang dan bimbingan ilahi untuk Nabi Muhammad SAW.
Ini menunjukkan bahwa bahkan seorang Nabi pun tidak luput dari koreksi langsung dari Allah, demi kesempurnaan risalah dan teladan bagi seluruh umat manusia.
Memahami Konteks Teguran Ilahi: Bukan Kemarahan, Melainkan Bimbingan
Teguran dalam Islam, apalagi dari Allah kepada Nabi-Nya, memiliki makna yang sangat mendalam.
Ini bukan seperti kemarahan manusia yang dilandasi emosi, melainkan sebuah bentuk pendidikan dan penjagaan agar Nabi tetap berada pada jalan yang paling sempurna sesuai kehendak ilahi.
Ini adalah bukti betapa Allah sangat mencintai dan ingin membimbing Rasul-Nya.
Kronologi Peristiwa: Ketika Prioritas Diuji
Mari kita selami lebih dalam momen-momen krusial yang melatarbelakangi turunnya ayat-ayat pertama Surat Abasa.
Peristiwa ini terjadi di Mekkah, pada masa-masa awal dakwah Islam yang penuh tantangan.
Nabi Muhammad SAW dan Para Pemuka Quraisy
Rasulullah SAW kala itu sedang fokus berdakwah kepada para pemuka Quraisy, seperti Utbah bin Rabi’ah, Syaibah bin Rabi’ah, Abu Jahal, dan Umayyah bin Khalaf.
Beliau sangat berharap mereka memeluk Islam, karena pengaruh mereka bisa membawa perubahan besar bagi penyebaran agama.
Bayangkan, Anda sedang mencoba meyakinkan petinggi perusahaan untuk sebuah proyek besar yang bisa mengubah nasib banyak orang. Fokus Anda pasti tertuju penuh pada mereka.
Kedatangan Abdullah bin Ummi Maktum
Di tengah suasana serius itu, datanglah Abdullah bin Ummi Maktum, seorang sahabat yang buta dan sudah memeluk Islam.
Ia datang dengan penuh semangat, ingin bertanya tentang suatu masalah agama dan memohon bimbingan Nabi.
Niatnya sangat tulus, namun waktu kedatangannya mungkin terasa “kurang tepat” dalam pandangan manusiawi Nabi.
Reaksi Manusiawi Sang Nabi
Karena fokus Nabi terpecah dan merasa terganggu, beliau menunjukkan ekspresi kurang senang. Beliau berpaling dan bermuka masam.
Bukan karena membenci Abdullah bin Ummi Maktum, melainkan karena kekhawatiran akan kehilangan momen dakwah penting dengan para pembesar Quraisy.
Ini adalah refleksi dari sifat manusiawi Nabi yang juga bisa “sibuk” dan kadang perlu diingatkan.
Turunnya Surat Abasa: Teguran yang Mengandung Pelajaran Universal
Seketika setelah peristiwa itu, turunlah ayat-ayat pertama Surat Abasa, dimulai dengan “Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang kepadanya seorang buta (Abdullah bin Ummi Maktum)…”
Ini adalah teguran langsung dari Allah yang menggarisbawahi beberapa prinsip fundamental.
Pentingnya Kesetaraan di Hadapan Allah
Surat ini mengajarkan bahwa di mata Allah, tidak ada perbedaan antara seorang pembesar Quraisy yang kaya dan berpengaruh dengan seorang Muslim yang miskin dan buta.
Yang membedakan hanyalah ketakwaan dan ketulusan hati.
Analogi: Di sebuah rumah sakit, seorang dokter harus melayani semua pasien dengan profesionalisme yang sama, terlepas dari status sosial mereka.
Prioritas Dakwah yang Sesungguhnya
Allah mengingatkan Nabi bahwa prioritas harus diberikan kepada mereka yang datang dengan hati terbuka, ingin belajar, dan memiliki iman yang kokoh.
Bukan kepada mereka yang sombong, merasa cukup, dan enggan menerima kebenaran, meskipun mereka memiliki kedudukan tinggi.
Pengalaman ini mengajarkan kita untuk tidak terlalu terpaku pada hasil instan atau keuntungan duniawi dalam berinteraksi dan berdakwah.
Pelajaran tentang Kerendahan Hati dan Introspeksi
Salah satu keagungan Nabi Muhammad SAW adalah beliau menerima teguran ini dengan sepenuh hati, tanpa sedikitpun penolakan.
Beliau langsung mengubah sikapnya dan di kemudian hari, setiap kali bertemu Abdullah bin Ummi Maktum, beliau selalu menyambutnya dengan ramah dan penuh hormat, bahkan mengatakan, “Selamat datang orang yang karena dia Rabb-ku menegurku.”
Ini adalah teladan nyata kerendahan hati dan kesediaan untuk selalu berintrospeksi.
Hikmah Praktis dari Kisah Abasa dalam Kehidupan Modern
Kisah ini bukan hanya tentang masa lalu, tetapi relevan untuk kita semua di era digital ini.
Menghargai Setiap Individu
Dalam interaksi sehari-hari, baik di dunia nyata maupun maya, seringkali kita lebih fokus pada “influencer” atau orang yang kita anggap “penting”.
Kisah Abasa mengingatkan kita untuk memberikan perhatian yang sama kepada siapa pun, terutama mereka yang tulus mencari kebaikan atau ilmu.
Prioritas dalam Memberi Perhatian
Kita seringkali tergoda untuk mencurahkan energi pada hal-hal yang tampak menguntungkan atau prestisius.
Kisah ini mengajarkan kita untuk memprioritaskan mereka yang benar-benar membutuhkan bimbingan, perhatian, atau uluran tangan, terlepas dari status mereka.
Contoh: Jangan abaikan pertanyaan dari murid yang paling ‘lambat’ di kelas demi melayani pertanyaan dari murid paling cerdas.
Sikap Terbuka terhadap Kritik dan Koreksi
Bahkan seorang Nabi pun ditegur oleh Allah. Ini menjadi cermin bagi kita untuk selalu terbuka menerima kritik, meskipun terasa pedas.
Kritik yang membangun, apalagi dari sumber yang terpercaya, adalah anugerah untuk perbaikan diri.
Tips Praktis Menerapkan Kisah di Balik Turunnya Surat Abasa (Teguran Allah untuk Nabi)
Berikut adalah langkah-langkah praktis yang bisa Anda terapkan dalam keseharian:
- Perlakukan Semua Orang dengan Hormat: Baik yang kaya maupun miskin, yang terkenal maupun tidak, semua layak mendapatkan senyum dan perhatian yang tulus dari Anda.
- Prioritaskan Niat Tulus: Dalam berinteraksi, fokus pada ketulusan niat seseorang dalam mencari kebenaran atau kebaikan, bukan pada status atau penampilan luarnya.
- Dengarkan dengan Hati: Saat seseorang datang kepada Anda dengan suatu masalah atau pertanyaan, berikan perhatian penuh. Singkirkan dulu gangguan yang lain.
- Rendah Hati Menerima Teguran: Jika Anda dikritik atau diingatkan, coba untuk tidak langsung membela diri. Renungkan, apakah ada kebenaran di dalamnya?
- Introspeksi Diri Secara Berkala: Luangkan waktu untuk mengevaluasi interaksi Anda dengan orang lain. Apakah Anda sudah berlaku adil dan menghargai semua orang?
- Fokus pada Mereka yang Bersungguh-sungguh: Dalam kegiatan dakwah atau berbagi ilmu, utamakan mereka yang menunjukkan minat dan kesungguhan untuk belajar.
FAQ Seputar Kisah di Balik Turunnya Surat Abasa (Teguran Allah untuk Nabi)
Apakah Nabi Muhammad SAW dimarahi oleh Allah?
Tidak tepat jika dikatakan “dimarahi” dalam konteks kemarahan manusia. Ini lebih merupakan “teguran” atau “bimbingan” ilahi yang penuh kasih sayang untuk menyempurnakan akhlak dan prioritas dakwah Nabi, yang pada akhirnya menjadi teladan bagi seluruh umat.
Siapa Abdullah bin Ummi Maktum?
Beliau adalah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang buta. Beliau sangat bersemangat dalam menuntut ilmu agama dan merupakan salah satu sahabat yang memeluk Islam di awal-awal dakwah.
Apa hikmah terbesar dari kisah ini bagi umat Muslim saat ini?
Hikmah terbesarnya adalah pentingnya kesetaraan di hadapan Allah, bahwa kemuliaan seseorang ditentukan oleh ketakwaan dan ketulusan hati, bukan status sosial atau kekayaan. Ini juga mengajarkan tentang prioritas dakwah dan pentingnya kerendahan hati.
Bagaimana kisah ini menunjukkan kemanusiaan Nabi?
Kisah ini menunjukkan bahwa meskipun Nabi Muhammad SAW adalah manusia paling mulia, beliau tetap memiliki sisi kemanusiaan yang kadang bisa keliru dalam menilai situasi. Teguran Allah ini justru menegaskan bahwa beliau adalah manusia yang dibimbing langsung oleh wahyu, sehingga setiap tindak-tanduknya disempurnakan.
Apakah ada pesan lain dari Surat Abasa selain kisah ini?
Ya, setelah teguran ini, Surat Abasa juga melanjutkan dengan menjelaskan tentang tanda-tanda kebesaran Allah di alam semesta, penciptaan manusia, serta gambaran hari kiamat dan balasan bagi orang-orang yang beriman dan ingkar. Ini mengingatkan manusia akan tujuan hidup dan tempat kembali mereka.
Kesimpulan: Cahaya Bimbingan Ilahi untuk Setiap Langkah Kita
Kisah di balik turunnya Surat Abasa adalah permata kebijaksanaan yang tak ternilai harganya.
Ini adalah bukti nyata bahwa kasih sayang Allah meliputi semua hamba-Nya, bahkan para Nabi sekalipun, dengan bimbingan dan koreksi untuk mencapai kesempurnaan.
Melalui kisah ini, kita diajarkan tentang kesetaraan, prioritas yang benar, kerendahan hati, dan pentingnya introspeksi.
Mari jadikan pelajaran ini sebagai kompas dalam setiap interaksi dan keputusan kita. Teruslah berjuang untuk memperlakukan setiap individu dengan hormat dan kasih sayang, karena di mata Allah, yang terpenting adalah hati yang tulus.
Apa langkah kecil yang akan Anda ambil hari ini untuk menerapkan hikmah dari Surat Abasa dalam hidup Anda? Mulailah dengan sebuah senyuman tulus kepada orang yang sering Anda lewatkan.




